Jumat, 04 September 2009

Titis

Titis,
Begitu namamu. Dalam bahasa Jawa, titis menyandang arti reinkarnasi, pun bermakna tepat sasaran.

Titis,
Mungkin ayahmu mengharap banyak pada jiwa mendiang kakekmu, yang sekarang bersemayam tenang di ujung gumpalan awan. Merambat pelan di ujung Semeru. Menjaga derajat-derajat suhu yang membeku di lereng Selatan, Geger Baya.
Atau ia berharap, ketenangan nenekmu menitis padamu, seperti Ranu Pani dan Ranu Kumbolo, yang beriak tenang di pagi-pagi sunyi, tengadah, membiarkan kulitnya disetubuhi kabut. Ia dingin, namun penuh hasrat terpendam. Mungkin ayahmu berharap, agar ketenangan pribadimu, membungkus hebat hasratmu, seperti Semeru, yang tiap saat mampu menyembur murka.
Seperti juga sabana-sabana yang mengkrabi punggungnya, ia berharap, agar kau mampu menumbuh cita hijau di hamparan tandus.
Seperti juga gulma-gulma di lereng kaldera, ayahmu mendoa, agar kau mampu bertahan dalam kemiringan, berujung kawah membara. Berusaha menyipit pandang dihantam bintik tabir badai pasir, tak bermuara. Bukankah hidup adalah perjuangan panjang yang bertepi kematian.

Titis,
Matamu sipit, tebal beralis. Mengerjap perlahan berusaha menepis, sedikit debu yang menempel di lentik bulu matamu, manis. Ayahmu berharap, nalurimu setajam tatap matamu, titis, fokus pada titik, bukan garis. Kau akan berhasil meniti hidupmu, pada nestapa kau kalis, pada rintangan kau tak berlepas pada angan, tan lalana, teruslah menggurui laku makna.

Titis,
Ibumu kini bersiap, melarung sukma. Meski kuberharap bisa menitis padamu, namun ibu lebih rela, bila sifat-sifat mulia leluhurmu, menyuntingmu. Biar kini ibu tetirah, membesut jiwa pada punggung Mahameru, meniti laku mendahuluimu.
Banggalah pada leluhurmu Titis, sebab ibumu sarimbit lelaku, tut wuri handayani

---------------------
kalis : tidak mempan, tak mau menyatu
tan lalana : pantang putus asa ( Semboyan Mahapatih Gajah Mada )
sarimbit lelaku : berjalan menyertai, beriringan
tut wuri handayani : mendukung dari belakang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar