Rabu, 27 Mei 2009

Berkawan Dajjal

Mulut-mulut berpintu kaca, biarkan ia berderit tersapu angin yang meniupkan gosip-gosip murah. Semurah bakul gendong yang dikempit gadis belia penjaja jamu, diikat selendang merah.
Jika lalu mulut itu hanya mengucap kata basi berjudul sampah, siapa yang berhak melarang. Pendengarnya, yang sungguh dungu, atau berlagak tau, hanya punya kuasa memilih,
menelan...atau memuntahkan!

Lalu ia menggayuh langit, berharap meningkat derajat. Sejatinya ia berselimut kesombongan dan tanpa sadar, matahari membakar, selebihnya hanya jasad terkapar.
Ingin berlaripun, tapaknya kecil terbebal kain berbatik-batik. Motifnya terbalik.
Jika aku menyimak, tawa tergelak...namun kutelan pelan agar tak tampak mengejan.

Kusambar seonggok batu, duduk menunggu....kincir itu memutar waktu. Tiba saat angin Barat memukat hasrat, aku melirik...ahhh, dia mulai tertarik-tarik. Hayalan-hayalan imaji yang bertanduk bertaji, yang beberapa saat tadi membawanya meninggi..., kini menyeretnya keji...,
Ia kembali pada asal, terseok-seok terseret terjal.
Kau berkawan dengan Dajjal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar