Rabu, 27 Mei 2009

Kepala Batu

Antara sungai-sungai genangan air mata penindasan, dan delta-delta endapan kedongkolan, menyatu di pantai-pantai air tawar yang menyaru seperti tanjung laut penuh buih putih keperakan. Arus bawahnya menyelinapkan lumpur penebas tirani.
Pekat melumat.

Ia yang bertahta diatas bekunya darah jelata, memantul pantat menikmati empuknya tubuh tambun berkeringat dosa yang menetesi lantai marmer, altar korban-korban kesewenangan.
Kau masih saja bertembang pangkur, sementara sahayamu mendengar lengkingan durma.

Oh tuan besar pelupa makna, singgahlah sejenak di kedai-kedai bambu, minumlah teh pahit ini bersama gula-gula batu, agar kau tahu seteguk hidup berpahit dan arti kepala batu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar