Rabu, 27 Mei 2009

Fana

Maka bersyukurlah kau wahai dara terputus cinta. Karena sedihmu itu mewakili kematian kecilmu. Dan memberimu gegambaran tentang sang 'fana'.

Disana kamu temukan makna. Sebab hadirnya.., dan kenangan itu menyala ketika gelap rasamu menyelubung rindu. Ia terlihat terang karena gelap hatimu. Ia terlihat nyata karena rasa kehilanganmu. Ia terbit karna asamu terbenam.
Maka nikmatilah kesedihanmu itu.

Dan pertemuan itu menjadi berbunga-bunga sebab 'fana' menaburkan warna tembaga pada guguran daun kering di musim gugur. Ia menjelma, dan melukisi saat-saat itu dengan tinta pelangi, bernama kenangan.
Kepedihan rasa, dan makna kehilangan itu..hadirkan babak-babak sukamu menjadi panorama penjelma surga.

Kemudian, pelabuhan cinta itu menanti hempasan badai terakhir, yang mengujungi harapan melaut dengan tambatan temali bertaut. Kau berlabuh.
Fana menghentikan lakumu, lakunya...dan menandai dimulainya babak berikut.

Begitu juga hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar